Sabtu, 8 Mac 2014

Surat Buat Kekasih

Buat kekasih Karma…
Di saat aku menukilkan baris ayat buat tatapanmu, betapa hatiku sentiasa sarat dengan rindumu. Hatiku penuh dengan bebola cintamu dan tidak bisa ditembusi oleh kasih yang lain. Hanya kasihmu yang aku miliki, yang menceriakan kehidupanku, walaupun kekadang waktu kau tersasar oleh kerana ketidakstabilan cintamu yang membina tembok kedinginan dan kedegilan.

Karma…
Tidak ada lagi ungkapan yang lebih indah dari ungkapan yang membisik dijiwamu dan jiwaku jua. Dan aku tidak mampu membariskan lagi ayat-ayat getaran jiwa dalam persinggahan rindu ini. Kau telah menghembuskan riwayat cinta luka dipersada jiwaku yang kian kontang dengan janji-janji yang telah kau sumpahkan. Jika itulah keputusan yang telah kau buat demi kesejahteraan dirimu, aku sedia menerima akibatnya.

Karma…
Aku bahagia begini dan aku ingin terus begini bersama kenanganmu. Walau aku tahu pelayaran bahtera cinta kita kian tenggelam diterjah ganas sang ombak yang tidak pernah serik dan tanpa segan silu merobekkan sedikit demi sedikit kepercayaan aku terhadap dirimu. Lalu aku berfikir, untuk apa untuk apa aku menunggumu jika hanya menyakitkan hati. Untuk apa lagi aku mengharapkan kasihmu, sedangkan kau sendiri rela dengan keputusan yang telah kau lakukan.

Karma…
Aku kembali melemparkan pandangan ke ke arah laut biru. Nampak tenang tapi geloranya tetap ada di situ. Begitu juga hati ini, gelodak di jiwa yang kian parah hanya Dia yang mengetahuinya. Lalu aku alihkan pula pandangan ku pada pohon nyiur yang melambai, seakan kau yang sedang melambai aku dengan senyuman yang tak lekang dari bibirmu. Angin yang menghembus menepis pipiku lembut... seakan hembusan nafasmu. `Arrr... alih-alih kenangan itu juga yang terpahat.'

Karma…
Aku tidak sedar dari kenalan kita lahir satu perasaan sayang aku padamu. Cinta memang tidak bisa di paksa, tak mungkin di rayu walau apa pun syaratnya. Cuma satu yang ingin ku pinta... ingatlah diri ini biarpun hanya sezarah adanya. Ingatlah diri ini yang pernah bertahta di hatimu biarpun seketika waktu. Ingatlah bahu ini tempat kau redakan kesedihanmu dan di dada ini tempat kau rebahkah segala dukamu.

Karma…
Walaupun panggilan pulau seakan-akan memanggil namaku. Menyeru aku kesana, melepas rasa rindu yang kian lama tertanam dilubuk hati. Semakin menggebu di jiwa. Semakin resah diri. Daun nyiur yang terbuai- buai di tiup angin. Ombak pantai menghempas pasir, berdesir alunan daun-daun kering... aduh! Rindu tanpa suara hanya hati berkata-kata. Betapa aku menyayangimu.
Namun cinta bagiku kini tak perlu lagi dipaksa kelak pasti antara kitakan tersiksa. Biarlah ia pergi, jika itu membahagiakanmu dan telah kurelakan jiwa ini melepaskanmu untuk selama-lamanya.
Karma…
Diahkir bicaraku, terimalah pemberianku ini ikhlas buatmu yang telah kusimpankan niat hanya untukmu. Hanya kamu yang layak menerimanya. Terimalah ia, andai suatu saat kau merindui aku, tataplah ia dan aku akan hadir dalam setiap mimpimu. `AA’ lambang kasih dan sayangku padamu dan cintaku tetap selamanya untukmu.
Cinta dan rinduku akan ku framekan di benteng yang kian rapuh dengan kesetiaanmu...
Salam sayang.

Aizat

Tiada ulasan:

Catat Ulasan